Sunday, April 13, 2014

Instrumentasi Survei Gaya Berat (Gravity Surveying)

1. Pendulum

Pierre Bougeur menemukan bahwa gravitasi bisa diukur dengan menggunakan pendulum berayun. Pada abad ke-19, pendulum digunakan secara umum untuk mengukur variasi relatif pada gravitasi. Prinsip kerjanya sederhana. Gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat periode osilasi (T) dan berbanding lurus dengan panjang pendulum (L). Jika pendulum yang sama berayun pada kondisi yang identik di dua lokasi dimana nilai percepatan gravitasinya adalah g1 dan g2, maka rasio dari dua nilai g tersebut adalah sama dengan rasio dari dua periode osilasi yang bersesuaian T1 dan T2.


Lebih lanjut, ukuran perbedaan percepatan gravitasi (δg) antara dua lokasi tersebut sama dengan hasil perkalian gravitasi dan dua kali perbedaan periode (T2-T1) dibagi dengan periode pertama.


Metode ini akurat sampai sekitar 1 mGal jika periode-periodenya diukur sampai sekurang-kurangnya setengah jam. Sistem portabel digunakan di bidang eksplorasi hidrokarbon pada tahun 1930-an.

2. Keseimbangan Torsi (Torsion Balance)


Metode lain untuk menentukan gravitasi relatif adalah dengan keseimbangan torsi. Fisikawan Inggris Henry Cavendish menciptakan sistem ini untuk mengukur konstanta gravitasi pada tahun 1791. Metode ini dikembangkan untuk keperluan geodetik pada tahun 1880 oleh seorang fisikawan Hongaria, Baron Roland von Eotvos. Setelah perubahan lebih lanjut, alat tersebut digunakan di bidang eksplorasi sejak tahun 1915 sampai akhir tahun 1940-an. Metode ini hanya mengukur variasi pada komponen gravitasi horizontal oleh karena bentuk permukaan tanah, bukan gravitasi vertikal. Metode ini sanggup mencapai sensitivitas yang sangat tinggi (sampai 0.001 mGal) namun metode ini sangat kaku dan lambat untuk digunakan di lapangan.

Gambar 1 Skema alat kesetimbangan torsi (Reynolds, 1997)

3. Gravimeter

Sejak awal tahun 1930-an, variasi gravitasi relatif sudah diukur menggunakan gravity meter (gravimeter), pertama-tama tipe stabil (statis) dan selanjutnya yang baru tipe tak stabil (astatik). Gravimeter adalah keseimbangan pegas canggih dimana sebuah massa konstan digantungkan.



Gambar 2 Pertambahan panjang (δl) karena tambahan tarikan gravitasi (Reynolds, 1997)

Berat massa tersebut merupakan hasil dari massa itu sendiri dan percepatan gravitasi. Semakin besar berat massa pada pegas, maka semakin panjang pegas tersebut meregang. Besarnya pertambahan panjang (δl) dari pegas sebanding dengan peningkatan gaya yang berkerja (pertambahan berat massa). Konstanta kesebandingan ini disebut konstanta elastisitas pegas k. Hubungan tersebut dikenal sebagai Hukum Hooke.


Ketika massa konstan, variasi berat disebabkan oleh perubahan percepatan gravitasi (δg). Dengan mengukur pertambahan panjang pegas (δl), perbedaan percepatan gravitasi selanjutnya bisa ditentukan. Ketika variasi g sangat kecil (1/108) pertambahan panjang pegas tersebut juga sangat kecil. Oleh karena itu, gravimeter  menggunakan beberapa bentuk sistem untuk menguatkan gerakan sehingga bisa diukur secara akurat.


a) Gravimeter Tipe Stabil (Statik)


Gravimeter tipe stabil, yang dikembangkan pada tahun 1930-an, kurang sensitif dibanding dengan  saudaranya yang lebih modern, gravimeter tipe tak stabil, yang sebagian besar sudah menggantikan gravimeter tipe stabil. Gravimeter tipe stabil terdiri dari sebuah massa di ujung sebuah penyangga yang berputar pada titik tumpuan dan diseimbangkan oleh pegas yang ditegangkan di ujung yang lain. Perubahan percepatan gravitasi mempengaruhi berat massa yang diimbangi oleh gaya pemulih pegas. 

Gambar 3 Prinsip dasar dari sebuah gravimeter stabil (Reynolds, 1997)

1) Askania


Sebuah penyangga dengan massa di salah satu ujungnya berputar pada pegas utama S. Perubahan gravitasi menyebabkan penyangga tersebut miring, sehingga menghasilkan penyimpangan arah berkas cahaya yang dipantulkan dari sebuah cermin pada massa. Sebuah fotoelektrik sel, yang outputnya ditampilkan pada sebuah galvanometer, mengukur perpindahan berkas cahaya tersebut. Sebuah pegas tambahan (AS) meregang menggunakan mikrometer untuk mengembalikan massa pada posisi semula, yang menuntut pembacaan galvanometer kembali ke nol. 

Gambar 4 Gravimeter Stabil Askania (Reynolds, 1997)

2) Boliden


Gravimeter Boliden menggunakan prinsip bahwa kapasitansi dari sebuah kapasitor plat sejajar berubah sesuai dengan pemisahan plat-plat tersebut. Massa yang berbentuk gelendong dengan sebuah plat di setiap ujungnya dan tergantung pada dua pegas di antara dua kapasitor plat yang lain. Dengan adanya perubahan gravitasi, massa tersebut bergerak relatif terhadap plat yang tetap, menghasilkan perubahan kapasitansi antara plat-plat bagian atas, pergerakan ini bisa dideteksi dengan mudah menggunakan rangkaian yang sudah disetel. Plat-plat bagian bawah terhubung ke arus listrik searah (DC) yang menopang gelendongan tersebut dengan tolakan elektrostatik.  Dengan adanya perubahan gravitasi dan hasil perpindahan relatif gelendongan tersebut terhadap plat-plat yang tetap, posisi asli atau posisi acuan bisa diperoleh dari perubahan tegangan langsung antara pasangan plat bagian bawah. Sensitivitas rata-ratanya adalah 1 g.u. (0,1 mGal). 

Gambar 5 Gravimeter Stabil Boliden (Reynolds, 1997)

3) Scintrex CG-3


Sebuah versi yang lebih modern dari gravimeter Boliden diproduksi oleh Scintrex ( Model CG-3) yang bekerja dengan prinsip yang sama. Setiap perpindahan massa akibat perubahan gravitasi dideteksi oleh sebuah kapasitor tranduser dan mengaktifkan sebuah rangkaian umpan balik. Massa tersebut kembali ke posisi nolnya dengan penerapan tegangan umpan balik langsung (yang sebanding dengan perubahan gravitasi) terhadap plat-plat pada kapasitor yang mengubah gaya elektrostatik antara plat-plat tersebut dan massa. 

Gambar 6 Gravimeter Stabil Scintrex CG-3 (Reynolds, 1997)

4) Gulf ( Hoyt)

Gravimeter Gulf terdiri dari sebuah pegas pita spiral berpilin.yang berputar ketika ada perubahan panjang. Perputaran ujung yang bebas pada pegas tersebut jauh lebih besar dibandingkan perubahan panjang sehingga jauh lebih mudah untuk diukur. Rentang pengukurannya cukup kecil, yaitu hanya 300 g.u. (30 mGal), meskipun bisa diatasi agar rentang pengukuran lebih lebar dengan peregangan pegas, dan akurasi pengukurannya antara 0,2 - 0,5 g.u. (0,02 – 0,05 mGal).

Gambar 7 Gravimeter Stabil Boliden Gulf (Hoyt). (Reynolds, 1997)

b) Gravimeter Tipe Tak Stabil (Astatik)

Sejak tahun 1930-an, gravimeter tipe tak stabil sudah digunakan jauh lebih luas dibandingkan rekannya, gravimeter tipe stabil. Di perangkat stabil, sekali sistem sudah diganggu, maka ia akan kembali ke posisi semula, sedangkan sebuah perangkat tak stabil akan bergerak lebih jauh dari posisi aslinya.
Topik utama dari ketidakstabilan adalah untuk memperbesar setiap pergerakan, sehingga lebih mudah untuk diukur. Inilah prinsip dasar dari gravimeter tipe tak stabil.

Bermacam-macam model gravimeter menggunakan perangkat yang berbeda-beda untuk mencapai ketidakstabilan.

1) Gravimeter Astatik


Sebuah penyangga yang mendekati horizontal bergantung pada salah satu ujungnya dan menopang massa pada ujung yang lain. Penyangga tersebut melekat pada pegas utama yang terkait bagian ujung atasnya untuk menopang engsel. Pegas tersebut berupaya untuk menarik penyangga ke arah yang berlawanan dengan arah jarum jam dengan momen gayanya, yang sebanding dengan gaya pemulih pada pegas dikali jarak tegak lurus dari engsel. Momen gaya tersebut diimbangi oleh momen gaya gravitasi yang berupaya untuk memutar penyangga sesuai dengan arah jarum jam terhadap engsel dan sebanding dengan berat massa (mg) dikali panjang penyangga (l) dikali cosinus sudut penyangga dari horizontal (φ) (i.e. mg l cos φ). Jika gravitasi berubah, penyangga akan bergerak merespon namun ia akan tertahan di posisi barunya karena pegas utama merupakan pegas dengan panjang nol. Salah satu keutamaan pegas jenis ini adalah pegas tersebut diregangkan selama diproduksi sehingga regangan pegas tersebut sebanding dengan panjangnya. Ini berarti bahwa jika semua gaya disingkirkan dari pegas tersebut, maka pegas tersebut akan anjlok sampai panjangnya menjadi nol, sesuatu yang mustahil dalam prakteknya. Keutamaan lain dari pegas dengan panjang nol ini adalah menghasilkan alat yang linear dan sangat responsif terhadap berbagai nilai gravitasi. Gravimeter Astatik tidak mengukur pergerakan massa terhadap perubahan gravitasi, tapi memakai massa yang dipindahkan untuk dikembalikan ke posisi semula dengan menggunakan mikrometer. Pembacaan mikrometer tersebut dikali faktor kalibrasi alat untuk memberikan nilai gravitasi, normalnya sampai akurasi 0.1 g.u. (0,01 mGal) dan pada perangkat spesialis sampai 0,01 g.u. (0,001 mGal).
Gambar 8 Prinsip kerja gravimeter astatik (Reynolds, 1997)

2) Gravimeter Thyssen


Meskipun sudah kuno, gravimeter ini menunjukkan konsep ketidakstabilan dengan sangat baik. Sebuah massa tambahan diletakkan di atas  penyangga seimbang sehingga menghasilkan kondisi ketidakstabilan. Jika gravitasi meningkat, penyangga miring ke kanan dan pergerakan dari massa tambahan memperbesar putaran searah jarum jam terhadap titik pusat, dan dan sebaliknya untuk penurunan gravitasi. Ketika digunakan, gravimeter tipe ini mempunyai sensitivitas sekitar 2,5 g.u. (0,25 mGal).

Gambar 9 Skema gravimeter Thyssen (Reynolds, 1997)

3) Gravimeter LaCoste-Romberg

Alat ini merupakan pengembangan dari seismograf periode panjang LaCoste (LaCoste 1934). Pegasnya terbuat dari logam dengan konduktivitas termal tinggi namun tidak terisolasi secara sempurna untuk menghilangkan efek termal sehingga harus ditempatkan secara permanen di dalam sebuah kontainer tertutup yang temperatur stabilnya dipertahankan sampai 0.002oC dengan elemen termostat. Beberapa model gravimeter LaCoste-Romberg mengukur sampai 3 μGal.

Gambar 10 Skema gravimeter LaCoste-Romberg (Reynolds, 1997)

4) Gravimeter Worden


Tidak seperti gravimeter LaCoste-Romberg, gravimeter Worden seluruhnya terbuat dari pegas kaca kuarsa, balok dan serat. Konstruksi kuarsa membuatnya lebih mudah mengurangi efek termal. Tentunya seluruh perakitan tersebut ditempatkan di dalam sebuah botol kaca hampa udara dan beberapa model mempunyai termostat elektrik. Karena pegas tersebut tidak bisa dijepit, gravimeter Worden peka terhadap getaran dan harus dipindahkan dengan sangat hati-hati. Jangkauan alat ini adalah sekitar 20.000 g.u. (2000 mGal) dengan akurasi sampai 0,1 - 0,2 g.u. (0,01 – 0,02 mGal).

Gambar 11 Penampang melintang dari sebuah gravimeter Worden (Reynolds, 1997)

Referensi:


Reynolds, M. John. 1997. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics. New York : John Wiley & Sons

1 comment: